Kamis, 31 Mei 2012

Agen, bentuk, tipe, pola sosialisasi


BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Pada dasarnya tidak ada seorang manusia pun yang tidak melakukan proses sosialisasi dalam hidupnya, manusia hidup dari dan dalam masyarakat. Melalui proses sosialisasi, seseorang menjadi tahubagaimana ia harus berperilaku ditengah-tengah masyarakat. Untuk memudahkan seseorang untuk bersosialisasi, maka adanya agen ataupun media sosialisasi dalam merubah perilaku seseorang, serta dapat mengetahui peran kita dalam masyarakat
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan sosialisasi?
2.      Sebutkan dan jelaskan Agen-agen sosialisasi?
3.      Jelaskan tentang bentuk, tipe dan pola sosialisasi?

C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Dengan adanya makalah ini, maka pundi-pundi pengetahuan kita dapat bertambah,terutama dalam bidang sosiologi.
2.      Untuk mengetahui agen, bentuk, tipe, dan pola sosialisasi

D.    MANFAAT PENULISAN
1.      Dengan makalah ini kita dapat memahami peran kita dalam masyarakat dan dalam lingkungan kita. Serta pundi-pundi pengetahuan kita mengenai sosiologi semakin bertambah. Kita dapat mengetahui agen, bentuk, tipe, serta pola sosialisasi, sehingga dapat mempermudah kita dalam bersosialisasi.








BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN SOSIALISASI
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam proses sosialisasi adalah peran, nilai, dan norma sosial. Menurut Peter L. Berger (dalam Sunarto, 2000: 23) sosialisasi adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang dapat berpartisipasi dalam masyarakat. Sementara menurut David Gaslin, Sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota kelompok masyarakat.

B.     AGEN, BENTUK, TIPE, POLA SOSIALISASI



       I.            Agen (Media Sosialisasi)
Setiap individu menjadi anggota dari satu atau lebih kelompok sosial di dalam masyarakat dan menjalankan peranannya sesuai dengan kedudukan dalam kelompoknya.
Dalam proses sosialisasi, ia mengembangkan kepribadian melalui interaksi dengan setiap individu di dalam kelompok-kelompok tersebut. Jadi, kelompok merupakan media sosialisasi dalam membentuk kepribadian seseorang. Kelompok inilah yang melaksanakan proses sosialisasi. Dalam sosiologi, kelompok ini dinamakan agen sosialisasi. Ada lima agen sosialisasi utama yang menjadi wahana di mana individu akan mengalami sosialisasi untuk mempersiapkan dirinya masuk ke dalam masyarakat sepenuhnya.

Ø  Keluarga
Pada awal kehidupan seseorang, agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara kandung. Namun dalam masyarakat yang mengenal sistem keluarga luas (extended family), agen sosialisasi tidak hanya orang tua dan saudara kandung saja,tetapi juga paman, bibi, nenek, dan kakek. Demikian juga pada saat sekarang pengasuh atau baby sitter dan pekerja pada tempat penitipan anak yang secara status bukan anggota keluarga juga berperan besar dalam proses sosialisasi anak.
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri atas orang tua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama atau yang sering dikenal dengan istilah media sosialisasi primer. Melalui keluarga, anak mengenal dunianya dan pola pergaulan sehari-hari. Arti pentingnya keluarga sebagai media sosialisasi primer bagi anak terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Orang tua umumnya mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar memperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan, dan penyerasian.
Pada masyarakat modern seorang anak sangat tergantung pada cara orang tua atau keluarga mendidiknya. Melalaui interaksi dalam keluarga, anak mempelajari pola perilaku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai dalam keluarga dan masyarakat.

                        


Ø  Kelompok Sebaya atau Sepermainan (peer group)
Dalam istilah sosiologi, kelompok bermain disebut juga peer group. Pada usia anak-anak kelompok bermain mencakup teman-teman- tetangga, keluarga, dan kerabat. Setelah anak dapat berjalan, berbicara, dan bepergian, ia mulai bertemu dan berinteraksi dengan teman sebayanya, yang biasanya berasal dari keluarga lain. Pada tahap ini, anak memasuki Game Stange, fase dimana ia mulai mempelajari berbagai aturan tentang peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat.Pada usia remaja, kelompok sepermainan  berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Perkembangan itu antara lain disebabkan karena bertambah luasnya ruang lingkup pergaulan remaja, baik disekolah maupun diluar  sekola. Teman dan persahabatan merupakan pengelompokan soal yang melibatkan orang-orang  yang berhubungan relatif akrab satu sama lain.
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
            Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.Dengan bermain, ia mulai mempelajari  dan mengenal nilai keadilan,toleransi dan solidaritas.
Ø  Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah)
Agen sosialisasi  berikutnya adalah pendidikan formal atau sekolah. Disini seseorang akan mempelajari hal baru yang tidak diajarkan di dalam keluarga, maupun kelompok sepermainannya. Sekolah memepersiapkannya untuk peran-peran baru dimasa mendatang, saat ia tidak tergantung lagi pada orang tua. Sekolah tidak saja mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, yang bertujuan memepengaruhi perkembangan  intelektual  anak, tetapi juga mempengaruhi hal ini seperti kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib. Robert Dreeben berpendapat b ahwa yang dipelajari anak disekolah – disamping membaca, menulis dan berhitung – adalah aturan mengenai kemandirian (Independence), prestasi (Achievement), universalisme
(Universalism), dan spesifitas (specificity).

Fungsi nyata dari pendidikan, antara lain sebagai berikut.
1.Sebagai modal penting dalam menentukan    mata pencaharian.
2. dapat mengembangkan potensi demi pemenuhan kebutuhan pribadi dan pengembangan masyarakat.
3. Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.Dan membentuk kepribadian.
 Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
Ø  Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar pada pembentukan kepribadian seseorang. Pengaruh dari lingkungan kerja tersebut pada umunya mengendap dalam diri seseorang dan sukar sekali untuk diubah. Apalagi jika yang  bersangkutan cuckup lama bbekerja dilingkungan tersebut. Seseorang yang cuckup lama bekerja di lingkungan kerja tertentu, kamudian pindah kelingkungan kerja lain,maka dia akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan kerjanya yang baru.

Ø  Media Massa
Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar atau majalah), dan media elektronik (radio, televisi, internet, film, kaset, dan CD). Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau sejumlah besar orang.
Minat anak-anak terhadap siaran televisi yang menyang kan berbagai jenis film, membuat media ini begitu dominan dalam proses sosialisasi karena anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya didepan layar televisi dibandingkan waktu yang digunakan untuk belajar. Penayangan film-film keras dan brutal melalui televisi dapat menimbulkan perilaku yang keras. Selain itu, dapat pula mempengaruhi sikap dan prilaku agresif pada anak-anak. Iklan yang ditayangkan melalui televisi pun mempunyai potensi untuk memicu perubahan pola konsumsi atau gaya hidup masyarakat.
Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
·         Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
·         Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
·         Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
Pesan-pesan yang dipelajari dari setiap pelaku sosialisasi tidak selalu sepadan satu dengan yang lain. Apa yang diajrkan keluarga bisa jadi berbeda dengan apa yang diajarkan kelompok sepermainan atau sekolah. Jika pesan-pesan yang disampaikan ke setiap pelaku sosialisasi sepadan, maka proses sosialisasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, jika saling bertentangan, akan dijumpai kecenderungan seseorang ,mengalami konflik pribadi karena bingung dan terombang-ambing oleh pelaku-pelaku sosialisasi tersebut,seperti memilih mengikuti ajaran keluarganya atau teman sepermainannya. Media massa pun sering digunakan untuk memengaruhi dan membentuk pendapat umum. Dibanyak Negara, termasuk Indonesia, televisi juga dimanfaatkan untuk menayangkan siaran-siaran pendidikan.

Ø  Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
    II.            Bentuk Sosialisasi
Keluarga sebagai perantara sosialisasi primer
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal
·         Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
·         Sosialisasi sekunder
Sosialisai sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.
Dalam proses sosialisasi sekundersering dijumpai dalam masyarakat sebuah  proses resosialisasi atau proses penyosialisasian ulang. Proses ini terjadi apabila sesuatu yang telah disosialisasikan dalam tahap sosialisasi primer berbeda dengan yang dilakukan dalam sosialisasi sekunder. Proses resosialisasi didahului dengan proses desosialisasi atau proses pencabutan dari apa yang telah dimiliki oleh individu seperti nilai dan norma. Goffman melihat bahwa peristiwa resosialisasi dan desosialiasasi terjadi dalam sebuah bentuk total institusi. Proses resosialisasi dapat dilihat ketika seorang murid dari SMP ke SMA, mereka mengalami proses resosialisai yang didahului oleh desosialisasi hal itu dilakukan dengan simbol mengganti pakaian putih-biru menjadi putih- abu-abu, serta melalui proses awal masuk dimana teman-teman senior maupun guru menjelaskan tentang peraturan sekolah yang berbeda dengan peraturan disekolah sebelumnya.

 III.            Tipe Sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.


·         Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
·         Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.


Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. dengan adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang baik dan disukai teman atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak?
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.
 IV.            Pola Sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.











BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN

Agen, tipe, bentuk, dan pola sosialisasi dapat merubah karakter dan perilaku seseorang. Dengan sosialisasi kita dapat mengetahaui peran kita dalam masyakat.





































DAFTAR  PUSTAKA

Dra. Kun Mariati, Juju Suryawanti.2001.Soioligi.Jakarta:PT. Gelora Aksara Pratama
Tim Sosiologi.2007.Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta:Yudhistira
WWW.google.co.id/Sosialisasi/Sosiologi